Siapa yang berani mengatakan menjadi pelacur itu mudah?
Kemarilah. Aku ingin sekali meludahinya. Sekarang. Saat ini juga.
Kalimat pembuka yang disuguhkan Feby dalam Simfoni Bulan-nya akan membuat siapa saja merasa tertantang untuk mendapatkan sebuah pembuktian bahwa memang benar tidak mudah menjadi pelacur. Dan ia berhasil. Dalam untaian kalimat singkat, Feby menuturkan kisah Bulan. Setelah lima tahun bekerja sebagai seorang wartawan ia beralih profesi menjadi penulis novel dan melakoni profesi pelacur untuk observasi partisipatoris demi mengalami menjadi karakter yang akan ditulisnya. Dengan lihai ia membawa pembacanya memahami setiap keputusan yang diambil Bulan dan apa itu mengalami dan menjadi, tanpa memaksa pembaca untuk meratapi nasib Bulan. Ia juga membawakan fakta (nasib-nasib pelacur di Kramat Tunggak) menjadi begitu mudah untuk dinikmati dalam sebuah cerita yang memberikan perspektif baru untuk disikapi. Ditambah cerita di dalam cerita yang menarik dan mengalir. Semuanya meninggalkan pesan tanpa berusaha menggurui pembaca. Setiap karakter dan konfliknya disuguhkan sebagai bagian dari puzzle yang membawa pembaca kepada setiap kejutan kecil yang tak terduga. Tidak puas mengawali novelnya dengan sebuah tantangan, Feby juga mengakhirinya dengan tantangan.
